14 Fakta Kematian Editor Metro TV Diduga Kuat Bunuh Diri

Foto: Polda Metro Jaya Ungkap Kematian Editor Metro TV Yodi Prabowo


JAKARTA (CN)- Misteri kematian editor Metro TV Yodi Prabowo akhirnya diungkap polisi. Polisi mengatakan Yodi diduga kuat bunuh diri.

Peristiwa ini berawal saat jasad Yodi ditemukan di daerah Ulujami, Pesanggarahan, Jakarta Selatan pada Jumat 10 Juli 2020. Polisi menemukan dua luka tusuk pada bagian dada dan leher pada jenazah Yodi Prabowo.

Selama proses penyelidikan, total ada 34 saksi yang tekah dimintai keterangannya. Polisi juga telah mengecek sejumlah rekaman CCTV yang ada di sekitar lokasi kejadian dan tempat lain.

Setelah penyelidikan selama 14 hari, Polda Metro Jaya menyimpulkan kematian Yodi akibat bunuh diri.

“Ada beberapa analisa yang ingin kita sampaikan hasil penyelidikan. Pertama masalah TKP, kedua hasil labfor, ketiga hasil kedokteran forensik, hasil analisa CDR, hasil pemeriksaan para saksi,” jelas Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (25/7/2020).

Yogi Diduga Kuat Bunuh Diri

Polisi menyimpulkan Yodi meninggal dunia akibat bunuh diri.
“Dari beberapa faktor penjelasan dari TKP, keterangan ahli, keterangan saksi, olah TKP, keterangan lain dan bukti petunjuk lain, penyidik sementara ini berkesimpulan bahwa yang bersangkutan diduga kuat melakukan bunuh diri,” kata Tubagus.

Tubagus mengatakan, kesimpulan itu didapat penyidik dari hasil pemeriksaan saksi-saksi dan ahli, bukti-bukti yang ada serta fakta-fakta yang diperoleh di lapangan juga petunjuk-petunjuk yang ada.

Motor Terparkir dengan Kunci Menggantung

Analisis yang pertama adalah tempat kejadian perkara (TKP) ditemukannya jasad Yodi Prabowo di pinggir Tol JORR Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel.

Sebelum jenazah Yodi Prabowo ditemukan, saksi menemukan motor Honda Beat milik Yodi Prabowo terparkir rapi dengan kunci yang masih menggantung, di seberang TKP sejak Rabu (8/7) dini hari.

“Motor dalam kondisi rapih kunci tergantung tidak ada bekas kecelakaan, masih dalam keadaan mulus,” jelas Tubagus.

Tidak Ditemukan Ceceran Darah
Kesimpulan Yodi tewas akibat bunuh diri didapat dari hasil pemeriksaan sejumlah saksi dan ahli selama penyelidikan 14 hari. Salah satu fakta yang ditemukan polisi adalah tidak ada ceceran darah di tempat lain.

“Fakta kedua tidak ditemukan ada ceceran darah di tempat lain,” kata Tubagus.

“Dari motor sampai ke seberang jalan, sampai ke tembok sampai TKP tidak ada ceceran darah yang ditemukan,” ujarnya.

Rambut di TKP Milik Yodi

Polisi menemukan adanya rambut di sekitar penemuan jenazah Yodi. Hasil pemeriksaan laboratorium forensik terhadap temuan rambut di TKP menunjukkan rambut itu milik Yodi.

“Satu bilah pisau ditemukan saat di TKP, nanti ada kaitannya dengan penjelasan berikut. Di TKP ditemukan rambut, rambut ini sudah dicek dan ini milik korban,” kata Tubagus.

Tidak Ada Sidik Jari dan DNA Orang Lain

Selain itu, dari hasil pemeriksaan laboratorium forensik tidak menemukan adanya sidik jari dan DNA orang lain.

“Ada sidik jari, DNA semua dicek. Kesimpulan tidak ditemukan sidik jari orang lain,” kata Tubagus.

“Untuk menyamakan, meyakinkan hal tersebut, polisi sudah melakukan swab terhadap saksi-saksi, hasil tidak ada yang identik dengan apa yang tertinggal di TKP, semua milik korban,” ujar dia.

Dalam kesempatan yang sama, Kasubbid Biologi Serologi Forensik Puslabfor Polri AKBP Made Wiranata yang memeriksa barang bukti pisau yang ditemukan di dekat jenazah korban menegaskan tidak ada sidik jari dan DNA orang lain pada pisau tersebut.

Dia menegaskan hasil uji labfor pada pisau tersebut hanya menemukan DNA dan sidik jari milik editor Metro TV ini.

“Pisau kita temukan DNA dari korban sendiri. Kita juga memeriksa gagangnya dengan harapan kita temukan profil DNA lain dengan korban, tapi kenyataannya tidak ditemukan DNA lain. DNA pada pisau terdapat milik korban semua,” ujar Made.

CCTV Rekam Yodi Beli Pisau Sendiri

Pisau menjadi alat bukti yang diamankan polisi di bawah badan Yodi saat jenazah ditemukan. Asal usul pisau itu kemudian ditelusuri polisi melalui rekaman CCTV.

“Pisau adalah alat yang diduga kuat untuk melukai. Dari mana pisau ini didapat? Kemudian bukti pendukung CCTV di Ace Hardware di Rempoa, pisau itu punya merek khusus, yang jual hanya toko itu,” kata Tubagus.

Tubagus lalu memperlihatkan rekaman CCTV di Ace Hardware. Polisi juga meminta keterangan pihak Ace Hardware terkait penjualan pisau itu.

“Diperiksa selama seminggu terakhir hanya ada satu pisau yang laku, kemudian didapat fakta yang beli pisau itu adalah korban sendiri,” katanya.

“CCTV ini ada. Kami tampilkan sebagai bukti pendukung,” kata Tubagus sambil memperlihatkan hasil tangkapan layar CCTV.

Hasil pemeriksaan CCTV, orang yang tampak pada kamera CCTV Ace Hardware saat membeli pisau memiliki ciri-ciri yang sama dengan Yodi.

“Perlu kami sampaikan, saat beli pisau tersebut, orang tersebut yang tertangkap di CCTV menggunakan pakaian yang sama dengan pakaian pada saat jenazah ditemukan,” tuturnya.

Dalam rekaman CCTV itu diperoleh petunjuk, Yodi datang ke Ace Hardware dan langsung menuju rak tempat pisau dipajang di toko tersebut. Hanya satu barang itu yang dibeli oleh Yodi Prabowo sampai dia keluar dari Ace Hardware dan menuju tempat parkir.

“Dia menuju ke tempat pisau, agak lama, 2 menit, bergerak menuju kasir, bayar, parkir, tinggalkan tempat,” katanya.

Setelah membeli pisau tersebut, Yodi Prabowo menuju ke kantornya di Kedoya, Jakarta Barat.

“Hanya satu yang dia cari, yaitu pisau. Dengan asumsi masuk 8 menit, selesai milih, datang ke kasir, parkir, dan menuju ke kantor,” jelasnya.

Pada saat olah TKP, pisau yang digunakan untuk melukai korban itu ditemukan di bawah jenazah Yodi Prabowo.

“Pada saat olah TKP, jenazah telungkup, dibalik, ditemukan sebilah pisau, terletak di bawah badan korban. Kalau kita lihat foto yang beredar, tangan korban tidak terlihat. Asumsinya tertindih dan di bawah ada pisau,” katanya.

Periksa ke Dokter Kulit dan Kelamin

Polisi menyampaikan Yodi Prabowo sempat memeriksakan kesehatan ke rumah sakit. Polisi menduga pemeriksaan Yodi Prabowo ke rumah sakit ini ada kaitannya dengan dugaan bunuh diri.

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat menyampaikan awal mula polisi mengetahui Yodi Prabowo pernah memeriksakan diri ke RSCM ini didasari dari transaksi keuangan Yodi Prabowo.

“Dari transaksi keuangan, tidak ada yang menonjol. Hanya satu saja, yaitu yang bersangkutan berobat ke RSCM di Kencana,” kata Kombes Tubagus Ade Hidayat dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (25/7/2020).

Tubagus melanjutkan Yodi Prabowo melakukan transaksi pembayaran pemeriksaan kesehatan di RSCM dengan menggunakan kartu debit BCA. Tubagus menyampaikan Yodi Prabowo saat itu melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis kulit dan kelamin.

“Pertanyaannya, untuk apa uang itu? Uang itu dilakukan untuk pemeriksaan lab dan konsultasi ke dokter. Dokter apa? Adalah dokter ahli penyakit kelamin dan kulit. Apa yang dilakukan? Pengecekan,” kata Tubagus.

Tubagus menyampaikan pemeriksaan di dokter spesialis kulit dan kelamin itu dilakukan karena ada keluhan dari Yodi Prabowo. Hanya, Tubagus tidak membeberkan keluhan apa yang disampaikan Yodi Prabowo ke dokter tersebut.

“Dia pasti ada keluhan, kemudian dia lakukan konsultasi ke dokter. Setelah itu disarankan untuk lakukan pengecekan,” ucapnya.

Yodi Prabowo sudah melakukan pengecekan atas keluhannya itu. Namun, hingga Yodi Prabowo ditemukan tewas di pinggir Tol JORR Ulujami, hasil lab itu belum diambil oleh Yodi Prabowo.

“Atas kehendaknya sendiri–positif atau tidaknya HIV–tapi hasil itu sampai korban meninggal belum sempat diambil,” katanya.

Dari temuan ini, polisi kemudian mengaitkan dengan indikasi Yodi Prabowo diduga bunuh diri karena depresi.

3 Kali Percobaan Penusukan di Dada

Berdasarkan analisis saksi ahli, upaya bunuh diri dengan cara menusuk diri dengan senjata tajam selalu diawali dengan percobaan.

“Ini pun saya mendasari pada dasar keterangan ahli, ahli nyatakan demikian. Setiap orang yang melakukan bunuh diri dengan senjata tajam akan selalu ada bukti percobaan. Dicoba-coba dulu,” kata Tubagus

Dari empat luka tusukan yang ditemukan pada dada Yodi Prabowo, ditemukan ada tiga luka tusuk yang dikategorikan sebagai upaya percobaan melukai diri. Indikasinya adalah, kedalaman luka tusuk yang tidak terlalu dalam.

“Hasil kedokteran forensik di mana ditemukan ada empat luka di dada, di mana dua hingga tiga di antaranya merupakan luka dangkal yang hanya 2-3 cm. Itu yang kemudian melukai dengan percobaan. Saya mendasari dengan hasil berita pemeriksaan ahli,” jelas Tubagus.

Screening Urine Positif Amfetamin

Dokter forensik RS Polri memeriksa screening narkoba di urine Yodi Prabowo. Hasilnya, urine Yodi mengandung positif amfetamin.

“Kami melakukan pemeriksaan screening narkoba di dalam urine, kami temukan kandungan amfetamin positif,” ujar Dokter Spesialis Forensik pada Instalasi Dokfor RS Polri Arif Wahyono dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (25/7/2020).

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat menjelaskan lebih lanjut soal temuan amfetamin di tubuh Yodi Prabowo. Tubagus menuturkan dari hasil pengecekan tersebut Yodi Prabowo diduga mengonsumsi amfetamin.

“Kaitan dengan amfetamin, beliau (dokter forensik) kami periksa BAP dengan pemeriksaan ahli sebagai bukti. Jawabannya, kalau diperiksa urinenya amfetaminnya positif berarti konsumsi amfetamin,” kata Tubagus.

Tubagus kemudian mengaitkan penggunaan amfetamin tersebut dengan kematian Yodi Prabowo. Menurutnya, dengan penggunaan amfetamin tersebut menimbulkan efek keberanian untuk melakukan suatu hal yang luar biasa.

“Lalu efeknya apa? Meningkatkan keberanian yang luar biasa yang tidak terpikir–jangan bandingkan pemikiran orang normal dan tidak normal karena nggak nyambung, tidak sepadan,” katanya.

“Maka yang harus dipikirkan bagaimana pengaruh amfetamin terhadap keberanian seseorang untuk melakukan kegiatan yang menurut orang normal yang ‘nggak mungkin’. Itu hasil pemeriksaan yang tertuang pada hasil BAP ahli,” sambungnya.

Tidak Ada WA Ancaman dan Barang Hilang

Polisi tidak menemukan petunjuk Yodi Prabowo dibunuh, seperti percakapan WhatsApp yang mencurigakan atau berupa ancaman.

Analisa berdasarkan CDR-call data record dari data WA-nya tidak ada yang mencurigakan, tidak ada ancaman dari luar ataupun lain-lain,” kata Tubagis

Selain itu, polisi mengatakan tidak ada barang milik Yodi Prabowo yang hilang.

Semua barang pribadi milik Yodi Prabowo ditemukan masih utuh di lokasi penemuan mayatnya di pinggir Tol JORR Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel.

“Setelah korban ditemukan, dicek keseluruhan barang tidak ada yang hilang. Dari handphone, dompet, isi tas, kartu identitas tidak ada yang hilang dan sudah diklarifikasi keluarga tidak ada barang yang hilang milik korban,” ujar Tubagus.

Yodi Prabowo sempat menyiratkan sebuah ‘kepergian’ kepada kekasihnya, Suci Fitri.

“Dari keterangan saksi yang menonjol disebutkan bahwa korban pernah menyatakan berulang-ulang kepada S (Suci) setelah konflik yang sedemikian kuat, ‘kalau saya tidak ada bagaimana?’,” kata Tubagus.

Bilang ‘Kalau Saya Nggak Ada Bagaimana’ ke Pacar

Tubagus menafsirkan ucapan Yodi Prabowo ‘kalau saya tidak ada’ itu dengan kematian.

“Pengertian ‘kalau saya tidak ada’ menurut tafsiran kami adalah ‘kalau saya meninggal’,” katanya.

Ucapan itu, menurut Suci ke polisi, disampaikan berulang kali oleh Yodi Prabowo. Pasalnya, keduanya berencana melangsungkan pernikahan

“Ini disampaikan berulang-ulang kepada S dan di antara mereka ada rencana menikah tahun depan,” tuturnya.

Tidak Ada Orang Lain di TKP

Dari hasil pemeriksaan labfor dan juga saksi-saksi serta bukti lainnya tidak ada yang menunjukkan adanya orang lain bersama Yodi Prabowo di lokasi penemuan jasad di pinggir Tol JORR Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel.

“Tidak melihat adanya kehadiran orang lain berdasarkan hasil labfor,” ujar Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (27/7/2020).

Hasil pemeriksaan forensik, Yodi Prabowo diduga tewas pada pukul 00.00-02.00 WIB pada Rabu (8/7). Kondisi di TKP sendiri sudah sepi.

Dua Pria Misterius Tidak Ada Kaitan dengan Kematian Yodi

Hasil pendalaman polisi, dua pria misterius itu tidak ada hubungannya dengan kematian Yodi Prabowo.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat mengatakan, bahwa kedua pria yang diungkap saksi itu terlihat di Jl Inspeksi, Pesanggrahan sekitar pukul 02.00 WIB.

“Saya ketemu sama yang bersaksi bahwa pada pukul 02.00 WIB melihat dua orang yang pakai baju kerja, terus pakai jaket kupluk warna hijau. Saya temui yang bersangkutan, saya tanya ‘Bapak lihat di mana, pada jarak berapa, jam berapa?’. Dia bilang lihat waktunya jam 02.00 (dini hari). Kalau berdasarkan orang yang ronda, motor sudah ditemukan dan berarti peristiwa itu (Yodi Prabowo diduga bunuh diri, red) sudah terjadi,” kata Tubagus.

Tubagus menjelaskan dari segi posisi ditemukannya 2 pria mencurigakan itu, kecil kemungkinan bahwa kedua pria tersebut terlibat pada kematian Yodi Prabowo. Menurutnya, jarak antara lokasi tempat jenazah Yodi ditemukan dengan dua pria yang dilihat warga tersebut tergolong jauh.

Analisis Kenapa Yodi Bunuh Diri di Pinggir Tol.

Sejumlah pertanyaan muncul, salah satunya, mengapa Yodi bunuh diri tidak dilakukan di rumah seperti pada umumnya, tetapi dilakukan di pinggir Tol JORR Ulujami, Pesanggrahan, yang jauh dari keramaian? Tubagus menyampaikan jawaban berdasarkan analisis-analisis keterangan ahli.

“Ini analisis yang mendasari pada fakta kenapa dia melakukan bunuh diri di tempat terpencil, tempat sepi. Analisis kedua, kemungkinan–berdasarkan keterangan ahli–seseorang tidak ingin dirinya dianggap bunuh diri. Banyak yang menutup diri sedemikian rupa. Nah, yang ini kejadian dengan menggunakan itu,” kata Tubagus.

Menurut Tubagus, Yodi Prabowo bisa jadi memilih lokasi itu karena tidak ingin kematiannya diketahui orang lain akibat bunuh diri.

Tubagus juga memberikan analisis mengapa Yodi Prabowo memilih pinggir Tol JORR sebagai tempat bunuh diri, karena lokasi tersebut adalah rute perjalanan pulangnya setiap hari.

Lebih lanjut Tubagus menjelaskan tidak ada saksi yang melihat Yodi Prabowo saat melakukan bunuh diri. Menurutnya, secara logika, jika bunuh diri dilakukan di tempat ramai dan diketahui orang lain, aksinya akan dicegah.

Karena tidak ada saksi-saksi yang melihat detik-detik Yodi Prabowo bunuh diri, polisi melakukan penyelidikan ilmiah. Dari hasil penyelidikan ilmiah inilah kemudian polisi menyimpulkan Yodi Prabowo diduga bunuh diri.

“Ada nggak saksi yang lihat bunuh diri? Jawabannya tidak ada. Oleh karena itu, maka dirangkailah dengan menggunakan pembuktian saintifik, antara lain labfor, forensik, mengarah sampai ke data yang sudah saya sampaikan,” katanya.

Sumber : detikNews.