Korban Jiwa Banjir Bandang Luwu Utara 32 Orang, Warga Trauma
MAKASSAR (CN) – Korban banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan bertambah menjadi 32 orang hingga Kamis (16/7). Warga Desa Radda, tempat yang paling parah terdampak banjir bandang, trauma dan tidak mau tinggal di pengungsian wilayah terjangan banjir.
“Laporan yang masuk, ada tiga jenazah ditemukan hari ini (Kamis) oleh tim gabungan SAR,” Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Makassar, Mustari, saat dikonfirmasi.
Trauma warga itu diungkapkan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah saat mendampingi Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono meninjau lokasi bencana kemarin. Dia bilang akan segera menghadirkan hunian sementara bagi warga.
“Saya kira yang berat-berat Pak Menteri akan lakukan segera, jadi kami bersama ibu bupati akan menyiapkan hunian sementara dulu didukung Kementerian PUPR karena banyak warga yang tidak mau lagi ditampung di kota, mereka trauma,” kata dia.
Nurdin menjelaskan pembangunan hunian sementara bagi warga akan melibatkan prajurit TNI dan personel Polri.
Banjir bandang Luwu Utara pada Senin (13/7) malam disebabkan oleh meluapnya Sungai Meli dan Sungai Masamba.
Air campur material longsoran dari GunungLero dan GunungMagganrang melalui SungaiMeli dan SungaiMasamba menerjang dan merusak pemukiman, perkantoran, pertanian, fasilitas umum dan fasilitas sosial yang ada. Puluhan tewas dan ribuan orang mengungsi.
Data hingga Kamis tercatat jumlah korban sebanyak 1.590 orang, dengan rincian selamat 1.542 orang, meninggal dunia 32 orang dan masih pencarian 16 orang.
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani, pihaknya akan menyiapkan lahan untuk rekolasi bagi warga yang ada di bantaran sungai baik di Sungai Masamba di Desa Baloli maupun Sungai Meli di Desa Radda.
Soal relokasi ini, juga menjadi salah satu dari tiga prioritas utama pembenahan Luwu Utara dari Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono.
“Warga yang tinggal di bantaran sungai akan direlokasi dan siapkan rumah hunian tetapnya,” ujarnya.
Dua prioritas lainnya, kata Basuki, adalah memperbaiki akses jalan dan pembenahan tanggul berikut normalisasi sungainya.
Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang menambah alat berat guna mempercepat penanganan darurat banjir bandang. Tambahan alat berat dikerahkan ke Desa Radda yang terdampak paling parah.
Sumber: Antara/CCN Indonesia
.