Petani Holtikultura Menjerit, PT IKPP Ambil Alih Lahan Tanam Akasia
SIAK(CanelNews)- Adanya penanaman akasia di sepanjang sempadan sungai oleh pihak perusahaan PT Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP) dan PT Arara Abadi di Perawang berdampak pada petani holtikultura yang meminjam lahan perusahaan untuk pertanian.
Hal tersebut membuat para petani yang sejak 10 lebih tahun telah bercocok tanam padi dan sayur – sayuran di buat cemas. Pasalnya, lahan tersebut mengambil alih kembali perusahaan untuk menanam akasia.
Iya, sekarang kita lagi nanam-nanam lahan akasia, sebagian sudah ditanam, ya la untuk dipanen.Pokoknya dilahan kosong itu mau kita tanam,” ungkap Humas PT IKPP Armadi kepada awak media beberapa waktu lalu.
Namun ketika ditanya mengenai izin kegiatan, beserta luas lokasi yang akan ditanami akasia, Armadi belum dapat memberikan jawaban yang jelas.
“Izin-izinnya sudah kita urus, ya nantilah (izinnya apa), HGU atau HGB nanti saya pastikan, (luasnya) saya tidak hafal,” katanya.
Terkait akan diambil alih lahan pertanian milik perusahaan,para petani RT 08 RW 01 Kelurahan Perawang menyebutkan bahwa mereka hanya sebatas hak pinjam pakai, pihak PT IKPP Perawang maupun PT Arara Abadi tidak pernah memberikan bantuan semacam bibit ataupun pupuk.
ibu Een (56) salah seorang anggota kelompok tani mengaku sedih jika benar-benar diambil alih untuk di tanami akasia oleh perusahaan.
“Menangis sedih kami, awalnya masih hutan lebat kami yang bersihkan sendiri lalu kami bertani, tiba-tiba sekarang kami tidak bisa lagi bertani. Sejak 2017 kami bertani tidak pernah ada masalah, bahkan ada dukungan dari pemerintah seperti bantuan bibit dan obat, PPL pun sering datang,” katanya kepada mediam
Lanjut bu Een, ia terkejut dan menangis tatkala pihak perusahaan menempatkan alat berat di lokasi dan memerintahkan agar tanaman milik petani segera dicabut atau dialihkan.
“Jagung, kacang panjang, ubi, kedelai, sayur-sayuran yang kami tanam, bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membantu suami, sekarang nganggur la biasanya jam segini kami belum mandi (masih bertani),” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh petani lainnya, bahwa mereka merasa sangat sedih bila mengingat awal mulanya mereka bisa bertani atau berkebun, para petani membuka sendiri lahan pertanian yang awal mulanya masih hutan dan semak.
” Biaya sendiri, tenaga sendiri untuk buka lahan, sekarang pula baru masalah, alasannya karena ada yang menanam sawit, tapi kami yang menanam sayuran bukan menanam sawit kok bisa kena juga,”kata Maisuri yang juga merupakan anggota kelompok tani.
Saat pihak perusahaan memerintahkan agar tanaman-tanaman milik para petani segera dicabut atau dialihkan, para petani merasa enggan menuruti dikarenakan mereka para petani merasa selama ini telah berjuang keras untuk membuka lahan pertanian dan bersyukur dapat penghidupan dari usaha bertani.
“Biaya sendiri, tenaga sendiri untuk buka lahan, sekarang pula baru masalah, alasannya karena ada yang menanam sawit, tapi kami yang menanam sayuran bukan menanam sawit kok bisa kena juga,” tanya ibu Maisuri (53) yang juga merupakan anggota kelompok tani.
Kepada awak media para petani menyampaikan harapan agar pihak perusahaan dan pemerintah dapat mengusahakan mereka para petani segera kembali bisa melakukan kegiatan pertanian seperti biasanya. Setidaknya ada sekitar 30 petani holtikultura yang terdampak dari kegiatan perusahaan di sekitar Sungai Perawang baru-baru ini.
Pantauan dilapangan, saat ini pihak perusahaan tengah melakukan pembersihan lahan dan menanam pohon akasia disekitar Sungai Perawang Kecamatan Tualang. (wk)